Friday, July 30, 2010

Night Poem


Sungguh cemburu aku pada angin
Sungguh cemburu aku pada matahari
Sungguh cemburu aku pada dedaunan
Sungguh cemburu aku pada gemericik air
Sungguh cemburu aku pada debu yang beterbangan

Aku cemburu pada angin yang berhembus dan menerpa kulitmu
lalu memberikan kesejukan dalam pikiranmu

Aku cemburu pada matahari yang menerangi jalanmu dan
menjadi sumber kekuatan bagi ragamu

Aku cemburu pada dedaunan yang setiap pagi menyapamu dengan
nyanyian khasnya hingga menggembirakan hatimu

Aku cemburu pada gemericik air yang setiap hari menyapu
keringat lelahmu hingga kau merasa nyaman dalam menempuh harimu

Aku cemburu pada debu yang beterbangan mengenai pakaianmu lalu
ia kau seka dengan tangan lembutmu

Aku lebih cemburu pada siapa saja yang leluasa melihat senyum, sedih
dan tawamu setiap saat

Aku sungguh cemburu!

Thursday, July 8, 2010

Di mana Dirimu


Kucari bayanganmu
Namun tidak bertemu
Kujelajah malam itu
Namun tak jua mendapatimu

Hilang kemanakah dirimu?

Monday, June 14, 2010

Aku Malu

Aku malu padaMu Rabb
Aku terlalu banyak meminta

Monday, June 7, 2010

Tatapanmu

Aku berdebar saat detik-detik bertemu dirimu
Membayangkan wajahmu seperti apa
Mengira-ngira kau akan berkata apa
Mengingat senyummu yang tulus untukku

Jantungku berdegup makin kencang
Hingga sekelebat dirimu melintas
Bahkan aku malah tak bisa menatapmu
Aku terlalu gugup
Aku...

Aku takut salah berkata
Tapi malah aku tak berkata apa-apa
Kau juga diam saja
Hanya tatapanmu menyiratkan seribu makna
Aku masih menebak artinya apa?
Oh apakah yang kau rasa?
Kau hanya menatapku
Tapi tak ada senyum untukku
Tak ada sapaan untukku
Oh sedihnya aku
Walau aku bahagia setidaknya
Bisa bertemu dirimu

Thursday, April 22, 2010

Sepertinya Luka

Luka itu kembali terbuka
Setelah sekian lama aku mengobatinya
Ternyata hanya angan hampa
Sembuh bagian pori saja

Luka itu makin menganga
Laksana bunga yang mekar kuncupnya
Tapi sungguh menjadi mati rasa
Jika ingat penyebabnya

Cinta dan rinduku tak terbalas
Sekiranya hingga saat ini
Namun entah takdir Allah seperti apa
Kutetap yakin akan cintaku

Meski yang dicintai enggan dimiliki
Kuyakin pasti ia takdirku
Jika aku salah, apakah kau akan menyebutku gila
Aku tidak gila, aku mencintaimu dalam kesadaran yang nyata

Berjuta Impian

Impianku hanya satu
Selain bertemu Rabbku
Adalah bersatu denganmu

Namun jalan takdir masih panjang
Membuatku harus lebih bersabar
Meski kecewa selalu menjadi ujian
Semoga tak membuatku ingkar

Karena keimanan bisa goyah disebabkan ujian
Ujianku begitu berat, namun Dia membantuku tetap tersenyum
Menafsirkan harapan yang lebih besar padaNya
Dan akupun tenang karenanya

Berjuta impian duniaku
Yang tersulit adalah mendapatkanmu
Namun keyakinanku tak tergoyahkan karena penolakanmu
Karena hanya padaNya kumengharapmu

Monday, April 19, 2010

Mimpi

Aku bermimpi tentangmu semalam
Walau dalam temaram
Tapi hangatnya tanganku kau genggam

Ah, semoga impian itu jadi kenyataan
Bukan hanya khayalan terpendam
Tetapi akan menjadi dejavu
Saat kita menjadi satu

Bayanganmu begitu nyata di mimpiku
Terbayang olehku akan senyummu
Tulus dan indah sambil memandangku
Kaulah anugerah terindah yang menjadi impianku

Monday, April 12, 2010

Cemburu

Jujur kukatakan aku cemburu
Namun tak bisa kuungkapkan saat itu
Badanku tak bergeming
Tubuhku panas dingin

Bergejolak rasa di hati
Membuatku ingin berlari dari sini
Namun apa daya kaki seperti terpaku dalam bumi
Hingga batinku tak tahan lagi

Aku menangis karena tak kuat lagi
Menempa hati tuk sadarkan diri
Kemudian bersiap tuk pergi
Karena air mataku sudah jatuh ke pipi

Akhirnya aku berlari
Setelah hela napas panjang
Namun masih terbayang
Siluet tadi yang tak kuingini

Cemburu memang tanda cinta
Tapi hati ini sungguh terluka
Bagaimana aku mengobatinya
Oh adakah dia menyadarinya


Kebahagiaan seperti apa yang kudapat nanti 
untuk mengobati sakitnya hati hari ini?

Friday, April 2, 2010

Nyanyian Kesedihan

Merana tak kunjung jua redanya
Inikah derita bagai neraka
Tidak, ini belumlah seberapa

Sontak akupun bangkit dari nestapa
Mungkin titian ini sulit kuterpa
Jika saja ada ranjau yang kusita
Namun kusimpan untuk apa

Beban saja jadinya
Bila juga kuhempaskan
Apakah hilang segala noda

Aku begini bukan karena nafsu
Mengapa juga tak mengerti aku
Aku egois bukan karena egoku

Aku di sini menjulang bagai batu
Begitu angkuh dengan perasaan tak menentu
Dan sekali lagi tersapu angin lalu membisu

Pelajaran berharga aku simak baik-baik
Namun semua belum berangsur laik

Segera kukosongkan segala rasa
Tapi apakah tidak terlalu sederhana

Sedangkan masa sebelumnya
Aku terkukung perasaan hampa

Makin hampa pula segala hampa dan jumawa
Hingga kutermenung meratapi derita
Takkan jua hampa hilang dari jiwa

Mengapa ikhtiarku kau anggap sopak
Jika sakitnya berbeda dampak

Sungguh tak kuasa aku begini
Jika saja aku besok mati
Mungkin terakhir kali kualami derita ini

Ini memang bukan masalah kesempurnaan
Juga bukan soal penampilan
Ini murni kesetiaan

Kesetiaan terhadap manusia yang tidak mampu
memberikan kemaslahatan tanpa izinNya
Kesetiaan yang dianggap sebagai cambuk atas maksiat dan dosa
Kesetiaan yang menggila meski wajar bagi sebagian manusia
Kesetiaan yang dikecam namun aku tak mampu melawannya

Biarlah Allah yang menuntun kesetiaanku
Meski jalannya masih jauh untuk kutempuh
Meski rintangan selalu membayangi langkahku
Keyakinanku akan tetap begini hingga akhir aku bersimpuh

Rabb, kumohon jadikan ini keridhoanMu
Aku takut bila Kau marah
Aku takut bila salah arah
Harapanku semoga yakinnya aku datang dariMu

Thursday, April 1, 2010

Mendambamu

Laksana angin semilir
Seperti mencium wangi mangir
Aku yang lemah mengharap kau ada
Di saat tak biasa

Oh kau laksana semburat
Warna di kesenjaan yang buram
Abu-abu kelabu tersirat
Namun senyummu menarik dalam temaram

Senja berganti malam
Lalu kemudian tenggelam
Namun tak jua padam
Dalam penantian meskin terpejam

Kau begitu kuat mengikat hati
Sampai aku lunglai jadi
Tetapi rela jua sampai mati
Hingga tak bisa kukenang lagi

Rinduku dambaku
Takkan pernah sirna termakan waktu
Percayalah janjiku
Tak ada yang mencintaimu sepertiku

Tuesday, March 16, 2010

Jengah

Aku tergoda hirarki kehidupan yang sangat fana
Tak semestinya bicara jika tak punya kata
Dan akhirnya terlena kesenangan dunia

Aku jengah, aku terperangah
Jika saja aku sendiri yang pergi
Entah kemana tujuanku selanjutnya

Lalu kutemui jejak kakiku terhapus
Entah siapa yang menguntitku secara halus
Siluet bayangan titikpun tak ada
Wahai.. siapakah dia

Semakin yakin ku tak sendiri
Karena tak ada jejak kaki sama sekali
Namun itu kondisi yang kuhadapi

Bagaimana jadinya bila dia yang pergi
Kemudian aku sendiri
Sedangkan dia memadu rindu
Dan aku semakin sendu

Sepi

Angin semilir menggoyangkan tubuhku
Aku tak berdaya karena kakiku tertancap di batang itu

Kala siang panas membakar hingga ke sendiku
Kemudian debu menderu berpacu dengan angin dan mampir di pundakku

Sebuah kalimat tanya yang ingin kusampaikan: Mengapa?

Mengapa aku hanya berdiri di sini dan ditopang pula oleh orang lain
Mengapa aku tak sanggup berlari
Mengapa aku hanya mampu menyaksikan lalu lalang manusia

Aku ingin bebas
Bebaskan akuuuuu!!!

Wednesday, February 3, 2010

Kesunyian

Angin semilir berhembus meniup daunku
Ia menerpa tubuhku yang hampir lapuk
Panas telah mematikan sendi-sendi di batangku
Sudah sepantasnya aku terpuruk

Jika akarku tak sanggup menahan
Semua beban yang ditimpakan
Akankah hidupku memberi arti
Di masa lalu dan sebentar lagi

Jika aku harus bertahan
Lalu untuk siapa?
Jika aku harus menahan
Itu untuk siapa

Bahkan anginpun tak mendukungku
Ia begitu kencang berhembus dan menerbangkan daun-daunku

Kini aku tinggal ranting
dan tak punya arti penting

Dan mendungpun turut berduka untukku
Sedangkan matahari menjauhiku

Hingga tunasku tak mau tumbuh lagi
Atau aku harus menunggu kembali

Monday, February 1, 2010

Lorong Kenangan

Di ujung lorong ini
Dua tahun yang lalu
Dia masih menyapaku
Namun kini, tak ada lagi

Lorong ini tinggal kenangan
Karena yang kulihat hanya bayangan
Satu hal yang sulit terpikirkan
Adakah dia merasakan apa yang kuinginkan

Lorong itu merupakan pintu
Bagi aku yang merinduimu
Dia tidak tahu betapa berartinya bagiku
Bertemu dirinya di kala itu

Biarlah dia tak pernah tahu
Itu lebih baik bagiku
Walau pahit seperti empedu
Asal engkau tetap di hatiku

Friday, January 29, 2010

Ketetapan Hati

Pengikut manakah langkahku ini
Pengikut siapakah diriku ini
Pengikut jalan inilah aku
Pengikut jalan Dialah aku

Aku bersemayam dalam mimpiku
Tak bergeming kemarin sejenak
Jika saja Dia tak membangunkan aku
Apa daya, pasti diri ini terlena
Protected by Copyscape Plagiarism Checker